Adanya perbedaan signifikan antara angka survey nasional dengan angka riil yang ditemukan pada setiap penimbangan serentak.
Hasil dari Survey SSGI (Survei Status Gizi Indonesia) tahun 2022 telah mengindikasikan bahwa angka stunting di Kabupaten Blora mencapai 25,2%. Namun, berdasarkan hasil dari program Elektronik-Pencacatan dan Pelaporan Gizi Berbasis Masyarakat (EPPGBM) yang dilakukan secara berkala, yakni per pada bulan Agustus dan Februari dengan cara penimbangan serentak pada bayi dan balita di 1.313 Posyandu, ditemukan angka stunting saat ini berada pada angka 6,8% per Februari 2023.
Dalam pernyataan pers yang disampaikannya pada Rabu (30/2/2023), Kepala Dinas Kesehatan (DKK) Blora, Edi Widayat, S.Pd, M.Kes, M.H, menekankan adanya perbedaan signifikan antara angka survey nasional dengan angka riil yang ditemukan pada setiap penimbangan serentak.
Edi menjelaskan, "Metode EPPGBM didasarkan pada penimbangan serentak dengan mencantumkan by name by address (nama dan alamat) bayi atau balita." Ini memberikan data yang lebih akurat dan terperinci tentang kondisi gizi di masyarakat.
"Ada beberapa faktor yang dapat menjadi penyebab terjadinya stunting," lanjut Edi. "Pertama-tama, remaja putri yang mengalami anemia atau kekurangan darah memiliki risiko lebih tinggi untuk melahirkan bayi stunting ketika mereka menikah dan hamil di kemudian hari." Edi juga menyoroti faktor lain seperti usia pernikahan yang terlalu dini. "Pernikahan pada usia di bawah 19 tahun, ketika organ reproduksi masih dalam tahap perkembangan, juga dapat meningkatkan risiko kelahiran anak dengan stunting."
"Ibu hamil yang mengalami kekurangan energi dan anemia juga berisiko melahirkan bayi dengan stunting," tambah Kepala DKK. Kondisi gizi ibu hamil memiliki dampak signifikan terhadap pertumbuhan janin dalam kandungan.
Edi Widayat melanjutkan, "Selain itu, pentingnya pemberian Air Susu Ibu (ASI) selama 6 bulan pertama hingga 2 tahun sangatlah krusial. Namun, selain faktor ini, pola asuh anak juga berperan penting dalam mencegah stunting. Bukan hanya masalah kemampuan finansial orang tua, tetapi juga tentang memberikan asuhan kepada anak oleh pihak keluarga yang memahami pentingnya gizi, vitamin, dan pola makan sehat bagi pertumbuhan optimal."
Langkah-langkah yang telah diambil oleh DKK Blora untuk menangani masalah stunting ini mencakup berbagai aspek. Edi mengungkapkan, "Kami telah mengadopsi pendekatan berbasis data dengan EPPGBM untuk memantau dan mengatasi kondisi gizi di masyarakat dengan lebih efektif. Kami juga terus melakukan edukasi kepada masyarakat mengenai pentingnya asupan gizi yang seimbang dan gaya hidup sehat."
Dalam rangka memberikan pemahaman yang lebih baik kepada masyarakat, DKK Blora juga bekerja sama dengan berbagai pihak, termasuk media, OPD terkait dan organisasi masyarakat. Edi Widayat menyimpulkan, "Tujuan kami adalah menciptakan lingkungan yang mendukung pertumbuhan optimal anak-anak Blora. Dengan data yang akurat dan kerjasama yang solid, kami yakin bahwa dapat mengurangi angka stunting dan memberikan masa depan yang lebih baik bagi generasi mendatang."