Hatinya dipenuhi keyakinan bahwa menghindari seks bebas adalah satu-satunya cara untuk melawan maraknya HIV/AIDS.
Di era keemasan 90-an, Yantinah Soedjarwo, sosok wanita berjiwa tegar, memancarkan cahaya melalui keberadaan LSM SEHATI Cepu. Namun, di balik gemerlap kota, ada keprihatinan mendalam merayap di relung hatinya, tentang penyebaran HIV/AIDS yang kian mewabah di kalangan mahasiswa Indonesia. Meskipun wilayah operasinya jarang terdampak, Yantinah merasa bahwa isu ini tak boleh diabaikan oleh siapapun jua.
Cinta suci dan nilai-nilai kehidupan teguh mengalir dalam darahnya. Yantinah tak mentoleransi penggunaan kondom pada pasangan yang belum menikah, karena hatinya dipenuhi keyakinan bahwa menghindari seks bebas adalah satu-satunya cara untuk melawan maraknya HIV/AIDS. Ia berpegang teguh pada prinsip ajaran tidak terlibat dalam hubungan seksual sebelum sah menjadi suami atau istri, serta tidak pernah melanggar kesetiaan pada pasangannya.
Namun, di luar sana, kita sering dihadapkan kenyataan pahit, tak semua orang seperti dia, kadang cobaan datang tanpa terduga. Sehingga, jika ternyata terlanjur terinfeksi virus mematikan HIV/AIDS, Yantinah menganjurkan dengan sungguh-sungguh untuk segera mendapatkan pertolongan medis dari para dokter yang ada. Kehadiran mereka adalah cahaya harapan bagi penderita, memungkinkan mereka mendapatkan penanganan intensif yang dapat mperpanjang harapan hidupnya.
Tak hanya menjadi penjaga api cinta, Yantinah juga menerangi jalan bagi langkah sosial yang pernah diambilnya. Dengan kepekaan hati, ia dulu turut aktif memeriksa kondisi kesehatan Pekerja Seks Komersial yang berada di sekitarnya. Dalam setiap langkahnya, Yantinah berusaha memberdayakan para penderita HIV/AIDS, menghadirkan sinar harapan bagai cahaya di ujung jalan.
Namun, sang aktivis jalanan kini beranjak menuju era senja. Meski dulu cahayanya begitu terang benderang, kini dirinya mengakui bahwa usia telah memudarkan cahaya pun semangatnya. Tetapi, cinta tak mengenal batas, perjuangan Yantinah menyinari jalan bagi siapa pun yang mau berjalan sepertinya.
Kita berdiri di sini, di hadapan kisah cinta dan perjuangan Yantinah Soedjarwo. Keberanian, kepedulian, dan tekadnya yang tak tergoyahkan menjadi panggilan untuk berbuat lebih banyak, menerangi kegelapan dengan cinta dan kepedulian bagi sesama. (AW)