Komitmen Mbah Mul dalam melestarikan warisan budaya leluhur telah mendapatkan apresiasi tinggi dari masyarakat sekitar.
Setiap bulan Suro, di ujung barat Stasiun Blora Kota, warga selalu disuguhi pemandangan menarik berupa jamasan keris yang dilakukan oleh seseorang, lengkap dengan piranti dan pakaian adat Jawa-nya . Aktivis Budaya tersebut bernama Mbah Mul, dan pria berusia 68 tahun ini telah menjadi bagian dari tradisi masyarakat setempat dalam merawat dan membersihkan berbagai benda pusaka.
Mbah Mul, yang memiliki nama asli Mulyono, mengaku sudah memulai profesi ini sejak usia 10 tahun. Belajar dari ayahnya, almarhum Mbah Reso Saji, Mbah Mul memahami cara mencuci dan merawat benda-benda bersejarah dengan benar.
Sejak usia muda, ia ikut mengelilingi daerah bersama ayahnya, membantu membersihkan dan merawat benda-benda pusaka. Semua petunjuk yang diberikan oleh almarhum ayahnya telah menjadi landasan kuat bagi Mbah Mul dalam melanjutkan tradisi ini.
Tarif Jamasan Pusaka
Mbah Mul dapat membersihkan berbagai benda bersejarah seperti keris, mata tombak, dan lainnya. Harga jasa jamasannya cukup terjangkau, yakni sebesar Rp20.000,- per bilah atau benda. Namun, ada beberapa kasus yang membutuhkan perawatan lebih intensif, sehingga tarifnya bisa mencapai Rp25.000,- per benda.
Meskipun harga yang ditawarkan bersaing, Mbah Mul tetap mementingkan kualitas pelayanan demi kepuasan pelanggan. Alih-alih turut melestarikan benda Cagar Budaya di Kabupaten Blora.
Proses Jamasan Pusaka
Proses mencuci benda peninggalan leluhur tidak bisa dianggap remeh. Mbah Mul memperhatikan setiap langkah agar hasilnya maksimal. Pertama, benda bersejarah seperti keris atau mata tombak disikat dengan cairan jeruk nipis, sabun colek, dan lerak untuk menghilangkan kotoran yang menempel.
Selanjutnya, benda tersebut dibilas dengan air bersih dan dijemur hingga kering. Pada tahap akhir, bilah keris direndam dengan larutan khusus untuk memunculkan pamor keris, sehingga keindahannya semakin terpancar.
Rejeki di Bulan Suro
Mbah Mul menyatakan bahwa bulan Suro adalah momen yang membawa keberkahan bagi usahanya. Rezeki yang berlimpah di bulan tersebut menambah semangatnya untuk terus beraktivitas.
Banyak pelanggannya yang datang untuk membersihkan benda peninggalan leluhur sebagai bagian dari tradisi di bulan Suro. Mbah Mul tidak pernah memperhitungkan pesaing, tidak perlu khawatir karena memiliki basis pelanggan setia dari para Pecinta Budaya Blora.
Penghargaan dari Masyarakat
Komitmen Mbah Mul dalam melestarikan warisan budaya leluhur telah mendapatkan apresiasi tinggi dari masyarakat sekitar. Banyak yang merasa terbantu dengan jasa dan pengetahuannya tentang perawatan benda bersejarah. Keterampilan yang diwariskan dari ayahnya telah membantu mengenang kembali sejarah dan nilai-nilai leluhur.
"Mbah Mul adalah sosok yang patut diacungi jempol atas dedikasinya dalam melestarikan budaya leluhur. Melalui jasanya sebagai penjual jasa jamasan dan cuci benda pusaka, dia telah berkontribusi dalam melestarikan warisan budaya Kabupaten Blora. Semoga tradisi ini dapat terus berlanjut dan menginspirasi generasi mendatang untuk turut menjaga kekayaan budaya leluhur," ucap salah satu aktivis Budaya Blora. (AW)