Bila kita mau memegang prinsip 'Menang Tanpa Ngasorake', maka ketika kita menang Pilkades, rasa tepa slira kita akan tumbuh.
Ratusan tahun masyarakat Nusantara laksanakan Pemilihan Kepala Desa secara Langsung. Ada yang berlangsung damai dan singkat lewat musyawarah untuk mufakat, ada yang meninggalkan banyak luka bagi penduduk desa. Ketua Komisi A DPRD Blora H Supardi sangat menaruh perhatian pada ekses yang mungkin dapat terjadi paska Pilkades.
Lewat percakapan WA dengan BLORAWEB pada Selasa (23/5/2023), H Supardi mencoba memberikan Pesan Kerukunan kepada para setiap Calon Kepala Desa yang turut mendaftar pada Pilkades Serentak Blora 8 Juli 2023. H Supardi mengajak semuanya untuk menjunjung tinggi Kearifan Lokal berupa Falsafah Leluhur Jawa "Menang Tanpa Ngasorake".
Istilah 'Menang Tanpa Ngasorake' mencerminkan nilai-nilai kejujuran, etika, dan moralitas pada sebuah kompetisi. "Kompetisi apapun, tak terkecuali pada proses Pilkades," turut Mbah Pardi panggilan Politisi 'sepuh' dari Partai Golkar ini.
Menurut Mbah Pardi, penerapan falsafah 'Menang Tanpa Ngasorake' dapat dipraktekkan baik pada pra maupun paska pemenangan Pilkades.
Menang Tanpa Ngasorake Pra Pilkades
"Hubungan falsafah 'Menang tanpa ngasorake' dengan Pra Pemilihan Kepala Desa terletak pada pentingnya menjunjung tinggi etika dalam memperoleh kemenangan atau jabatan," kata Mbah Pardi.
Dalam konteks pemilihan kepala desa, prinsip ini mengingatkan setiap calon kepala desa dan masyarakatnya untuk menjalani proses pemilihan dengan cara yang adil.
"Menghindari tindakan curang berupa intimidasi, apalagi penggunaan kekerasan. Falsafah ini menekankan pentingnya mendapatkan kekuasaan atau jabatan dengan cara yang baik dan tidak merugikan orang lain," jelas H Supardi.
Menang Tanpa Ngasorake Paska Pilkades
"Nha, hubungan falsafah 'Menang tanpa ngasorake' dengan Paska Pilkades terletak pada pentingnya menjunjung tinggi etika setelah memperoleh kemenangan atau jabatan Kepala Desa," tutur Mbah Pardi.
Prinsip ini mengingatkan setiap Kepala Desa Terpilih untuk meluaskan hati segera mengucapkan terima kasih dan mohon maaf kepada Calon lain yang kebetulan belum ditakdirkan menjadi Kepala Desa begitu selesai penghitungan suara.
"Hindari sikap membanggakan diri dalam bentuk apapun. Tidak usah terburu-buru melakukan selebrasi. Tetap akan muncul euforia kemenangan dari pihak pendukung, tapi harus diingat, sebelah Anda ada orang yang sedang kecewa," tegas Mbah Pardi.
Tumbuhkan rasa Tepa Slira dan Narima Ing Pandum
"Bila kita mau memegang prinsip 'Menang Tanpa Ngasorake', maka ketika kita menang Pilkades, rasa tepa slira kita akan tumbuh. Tepa slira pada orang-orang yang kecewa atas kemenangan kita saat itu," ungkap H Supardi.
"Begitu juga ketika kita kalah dalam Pilkades, kita jadi bisa 'Narima Ing Pandum'. Berarti memang Gusti Allah belum menghendaki kita menjabat jadi Kepala Desa pada tahun-tahun ini," ujar Mbah Pardi.
"Selain sebagai Kepala Pemerintahan, seorang Kepala Desa juga menjadi Penjaga Budaya di Desanya masing-masing. Maka mulai sekarang, mari kita belajar mengasah rasa kita, memahami pentingnya falsafah leluhur tentang 'Menang Tanpa Ngasorake' yang sebenarnya telah lama diwariskan oleh leluhur kita," pungkas H Supardi. (AW)